Arsenik telah menjadi subjek yang menarik dari kehidupan nyata hingga kisah fiksi. Berbagai plot pembunuhan maupun cerita detektif banyak melibatkan arsenik sebagai biang yang dipersalahkan. Arsenik menjadi begitu kontroversial terutama karena sifat racun kuatnya. Sifat racun arsenik terutama tergantung dari jenis senyawa elemennya. Uniknya, senyawa arsenik cenderung lebih beracun daripada unsur arsenik murni Misalnya, arsenik trioksida diduga sekitar 500 kali lebih beracun dibanding arsenik murni. Dosis arsenik yang mematikan untuk orang dewasa adalah sekitar 70 mg hingga 200 mg.
Kasus meninggalnya Munir, aktivis Komnas HAM yang diduga meninggal karena makanannya diracun dengan arsenik saat dalam penerbangan ke Amsterdam, turut melambungkan nama arsenik sebagai pembunuh yang tak terdeteksi.
Apa itu arsenik?
Arsenik adalah suatu unsur kimia metaloid (semilogam) golongan VA, berwujud bubuk putih, tanpa warna dan bau (karena itulah arsenik sangat dikenal dalam urusan racun-meracun makanan) Nama arsenik sendiri berasal dari bahasa Persia, zarnig dan bahasa Yunani arsenikon yang berarti kuning. Arsenik dalam kehidupan sehari-hari (di luar sisi toksiknya) digunakan sebaga bahan pestisida di tanaman buah-buahan. Galium arsenid dipakai sebagai bahan semikonduktor rangkaian listrik. Dalam pengobatan, arsen juga mendapat tempat khusus. Di zaman dahulu arsenik digunakan sebagai obat sipilis, yaitu Salvarsan Sampai sekarang arsenik masih menjadi salah satu alternat pengobatan Tripanosomiasis Afrika (dalam bentuk melarsoprol Arsenik juga dipakai dalam industri pewarna dan cat.
Dalam kehidupan sehari-hari, makanan kitapun mungkin me ngandung arsenik dalam jumlah kecil. Konsentrasi arsenik yang dianggap tidak berbahaya dalam air minum oleh WHO adalah kurang dari 10 ppb (part per billion). Selain menjadi bahan pes tisida yang dipakai untuk menyemprot sayur dan buah, arsenik juga berpotensi mencemari perairan. Hal ini pernah menjadi masalah serius di Cina dan Bangladesh, dan sekitarnya pada ta hun 2005. Arsenik yang ditemukan di air adalah arsenik bentuk arsenat V (HASO42-) dan arsenit III (H3AS03).
Arsenik dalam bentuk alami atau organik disebut arsenates. Arsenik yang datang dari dalam bumi dan makanan tidak mudah meracuni tubuh. Keberadaannya dapat diatasi oleh sistem tubuh dan disaring lewat ginjal. Namun yang menjadi masalah adalah arsenik anorganik yang dipakai dalam industri, seperti dalam bentuk Arsenik trioksida. Arsenik ini menimbulkan efek racun bagi tubuh. Penumpukan arsenik sering ditemukan pada kulit, rambut dan kuku Kalau terjadi penurunan fungsi ginjal, dimungkinkan jumlah arsenik meningkat karena tidak bisa dibuang. Normalnya, tubuh memiliki 10-20 miligram zat ini. Jika jumlahnya lebih dar itu, dimungkinkan akan muncul efek racun. Penyerapan arsenik oleh usus termasuk rendah, yaitu kurang dari 5 persen dari total yang masuk Pengeluaran dari tubuh melalui urin dan tinja.
Sumber Arsenik
Arsenik hadir dalam jumlah kecil pada tanah sehingga dimungkin kan ikut masuk ke dalam makanan yang tumbuh dari tanah dan masuk ke tubuh manusia dalam kadar rendah. Untuk hewan laut, arsenik ditemukan pada kerang tiram. Kadang hadir pula pada daging. Dalam bentukan organik, arsenik dapat ditemukan pada obat pembunuh gulma dan beberapa insektisida, terutama dalam bentuk timbal aresenat.
Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat merembes ke air tanah. WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen di air tanah sebesar 50 ppb (bagian per miliar). Wilayah dengan kandungan arsen tertinggi adalah daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah yang kaya bahan organik. Diperkirakan sekitar 57 juta orang minum air tanah yang terkontaminasi arsen berlebih sehingga berpotensi meracuni. Arsenik dalam air tanah bersifat alami, dan dilepaskan dari sedimen ke dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah permukaan tanah.
Banyak negara lain di Asia, seperti Vietnam, Kamboja, Indonesia, dan Tibet, diduga memiliki lingkungan geologi yang serupa dan kondusif untuk menghasilkan air tanah yang mengandung arsenik dalam kadar tinggi. Tanaman yang ditanam di atas tanah yang mengandung arsenik dapat menyerap dan meninggalkan residu pada hasil pertanian.
Dalam beberapa penelitian terbaru yang dilansir oleh situs kesehatan Care2.com, ditemukan fakta bahwa anggur dan bir adalah minuman yang paling banyak mengandung arsenik. Mereka yang mengonsumsi minuman ini berisiko terpapar arsenik sebesar 20% hingga 30% lebih tinggi dibanding mereka yang tidak mengonsumsi.
Para peneliti menduga, arsenik ter kandung di dalam alkohol karena ditambahkan selama proses filtrasi di dalam bir atau anggur.
Mengapa arsenik beracun?
Arsenik beracun karena mampu menghambat produksi ATP, sumber energi bagi sel-sel hidup, melalui berbagai mekanisme. Di siklus Krebs, arsenik menghambat enzim piruvat dehidroge nase sehingga sintesis ATP menjadi berkurang dan malah me ningkatkan produksi hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida ini merupakan oksidator yang sangat reaktif terhadap sel hidup, maka justru sel hidup itulah yang diserang. Sel yang diserang ar senik akan mengalami nekrosis dan mati dengan segera.
Keracunan arsenik dapat terjadi dalam 2 cara, yaitu:
Cara akut, berarti arsenik diberikan dalam satu dosis tung gal yang sangat besar sehingga langsung mematikan Doss in kira-kira sebesar 120-200 mg pada orang dewasa atau 2 mg/kg Be pada orang dengan berat badan kurang dan 60 kg Untuk urusan peracuren besanya pelaku mencampurkan arsenik dalam makaran dalam dosis beberapa kali lipat untuk mengantisipasi korbannya muntah-muntah akibat keracuran akut in Gepla keracunan akut terdiri atas mual muntan hebat yang disertai sakit perut. Napas penderita berbau seperti bawang putih kadang langsung kejang-kejang dan koma. Tekanan darah korban langsung turun dania tampak seperti orang dehidrasi berat.
2 Cara kronis, merupakan cara yang "cocok" dilakukan oleh koki atau juru masak yang punya urusan atau dendam pribad pada majikannya. Di sini si pelaku memasukkan arsenik dalam jumlah norietal berkali-kali dalam makanan untuk membuat majkannya sakit-sakitan. Suatu saat si korban diberi arsenik dalam jumlah sangat besar. Penderita keracunan kronis mu la-mula mengalami gejala keracunan seperti keracunan akut, tetapi lama-kelamaan datang gejala tambahannya.
Penderita akan mengalami perubahan warna kulit, menjad kelabu atau kehitaman, gangguan fungsi hati, fungsi jantung fungsi paru-paru, dan fungsi ginjal. Fungsi saraf tepi juga terganggu secara simetris. Tapi yang paling jelas adalah pada kukunya, di mana terlihat garis-garis horizontal bersusun-susun Garis ini disebut Mees lines. Garis ini berguna dalam penyelidikan ahli forensik karena dengan mengukur panjang kuku dan jarak antara garis, ahli forensik dapat menentukan berapa lama si korban diracun arsenik.
Sebagai racun, paling tidak arsenik memiliki tiga bentuk senyawa yang populer. Pertama, arsenik trioksida (As203). Senyawa ini sering disebut arsenikum. Dalam bahasa sehari-hari ia dikenal se bagai warangan. Eyang-eyang kita dulu sering menggunakannya untuk mencuci keris. Bentuk aslinya bubuk putih yang mudah larut dalam air, terutama air panas. Karena itu arsenik trioksida paling cocok dicampurkan ke dalam kopi.
Bentuk kedua, arsenik triklorida (ASC13). Bentuknya menyerupai minyak berwarna kuning. Senyawa ini jarang dipakai karena daya racunnya relatif rendah. Di samping itu, penggunaannya pun susah karena harus dicampurkan ke dalam sesuatu yang berminyak. Bentuk ketiga, arsin (AsH3). Ini merupakan bentuk arsenik yang paling beracun. Wujudnya gas dan sering dipakai sebagai senjata kimia di dalam perang.
Dari ketiga bentuk itu, Arsenik trioksida (warangan) yang paling banyak dipakai dalam kasus kriminal karena sifatnya yang sulit dideteksi. Korban tak akan curiga bahwa dirinya sedang diracun meskipun ia juru masak dan juru icip-icip. Saat bercampur dengan makanan, arsenik sama sekali tak bisa dikenali. Ini berbeda, misalnya, dengan sianida yang punya bau khas sehingga korban yang diracun bisa curiga. Penyebab lainnya, gejala keracunan akibat arsenik sangat mirip dengan gejala penyakit akut maupun kronis. Jika tidak waspada, dokter pun bisa salah diagnosis.
Di bidang pertanian, arsenikum sering dipakai untuk membasmi hama dan tikus. Di bidang industri, ia sering dipakai sebagai pengawet kayu, bahan cat, keramik, elektronik serta pembening kaca. Di bidang homeopati, arsenikum pun sering dipakai untuk pengobatan. Namun sejak sering dipakai sebagai racun pembunuh, metode ini mulai ditinggalkan.
Ada dua modus operasi yang biasa dipakai pelaku dalam menghabisi korban. Modus pertama, single lethal dose. Korban diracun dengan satu dosis besar yang mematikan, di atas 200 mg. Saat mencampurkan ke dalam makanan, biasanya pelaku memasukkan arsenik dalam jumlah 3-4 kali dosis letal. Begitu korban menelan, dia akan muntah-muntah sehingga sebagian arsenik akan terbuang. Jadi kalau dikasih 200 mg, korban tidak mati. Dalam kasus Munir, para ahli forensik dari National Forensic Institute Belanda menemukan arsenik 460 mg. Diperkirakan jumlah yang dicampur di dalam makanan jauh lebih besar lagi.
Modus kedua, multiple smaller dose. Secara terus-menerus dan berkala, korban diberi arsenik dalam dosis di bawah letal. Setelah saatnya tiba, ia dieksekusi dengan dosis letal. Umumnya cara ini dilakukan oleh orang yang punya akses terhadap makanan dan minuman korban. Bagi orang awam, modus macam ini sekilas tampak aneh dan buang-buang waktu. Membunuh kok pakai basa-basi. Tapi bagi para ahli kriminologi, modus seperti ini bisa dipahami. Ada udang di balik modus. Dengan cara seperti itu, pelaku berharap tidak ada yang curiga bahwa korban meninggal akibat racun. Dengan begitu pelaku punya alibi.
Penjelasannya sederhana. Saat terpapar arsenik dosis rendah, korban akan menunjukkan gejala sakit, mual, muntah dan diare. Fungsi lever dan ginjal juga terganggu. Ketika pelaku memberi waktu jeda, korban sehat kembali. Begitu seterusnya, hingga pada saat dieksekusi, ia akan disangka meninggal karena memang sakit-sakitan. Dalam kasus Munir, banyak yang keliru persepsi terhadap istilah multiple smaller dose. "Mereka menyangka ini dosis kecil yang terus-menerus, yang tidak diakhiri dengan dosis letal. Yang ini namanya keracunan kronis." papar Djaja.
Tersimpan di kuku dan rambut
Begitu termakan, arsenik akan mengagetkan sistem fisiologis di dalam tubuh. Saluran cerna menganggapnya sebagai bahan asing yang harus diusir. Lambung akan merespons dengan muntah. Usus merespons dengan diare. Meski demikian, tetap ada yang terserap masuk ke dalam peredaran darah. Dalam tempo dua be las jam, arsenik sudah terdistribusi ke seluruh jaringan. Di dalam tubuh, ia memaksa lever berusaha keras untuk memetabolisme. SGPT dan SGOT akan meningkat. Gin jal pun harus bekerja giat menyaringnya agar keluar dari peredaran darah. Saat keseimbangan cairan terganggu akibat muntaber, kerja ginjal menjadi semakin berat. Itulah sebabnya korban racun ar senik akan menunjukkan gejala gang guan lever dan ginjal tanpa sebab yang jelas.
Pada kasus peracunan dosis letal, dalam tempo 30 menit sampai 2 jam, korban bisa mengalami muntah dan diare hebat.
Kematian bisa terjadi dalam hitungan jam hingga empat ha akibat kegagalan sirkulasi. Pada kasus keracunan kronis, korban bisa mengalami neuropati.
Warangan atau bahan untuk mencuci keris adalah salah satu bentuk senyawa arsen yang paling banyak digunakan untuk meracun orang. Tangan yang membentuk banyak garis dan bebercak hitam adalah ciri keracunan arsenik perifer (gangguan saraf tepi). Kaki dan tangan sering mengalami kesemutan dan rasa kebas atau mengalami kelemahan motorik, mirip pendent stroke. Bedanya, gangguan motorik pada stroke biasanya terjad pada satu sisi, kanan atau kiri. Tapi pada keracunan kronis arsenik, gangguan motorik bersifat simetris, kanan dan kiri. Di samping gejala-gejala ini, jejak arsenik juga bisa dilacak dari kuku dan rambut korban. Kita tahu, sirkulasi darah tidak menjamah kedua organ ini sehingga sisa arsenik akan ditimbun. Residu ini tetap bisa dilacak meskipun korban tinggal rangkanya saja. Lewat depost ini para ahli bisa memperkirakan kapan ia diracun dan berapa kira-kira kadarnya. Kasus seperti ini pernah terjadi pada seorang pria di Jakarta. Kedua kakinya lumpuh simetris. Oleh dokter pertama, ia dikira menderita polio. Penyebabnya baru diketahu setelah pria tersebut memeriksakan diri ke Singapura. Dokter pun mengatakan bahwa tidak mudah mendeteksi keracunan arsenik karena gejalanya yang bersifat umum dan baru khas saat sudah keracunan dosis tinggi. Dokter mencurigai arsenik karena sifat lumpuhnya yang simetris. Setelah sampel rambutnya diperiksa, dokter menyimpulkan biang keladinya adalah keracunan arsenk kronis. Belakangan diketahui ternyata ia diracun oleh rekan sekantor yang menyediakan pembantu khusus untuk menyiapkan kopi.
Di Amerika Serikat arsenik pernah dipakai dalam kasus pem bunuhan berantai. Secara cerdik (dan licik), seorang wanita mem bunuh suaminya untuk menguasai harta warisannya. Sesudah itu ia pindah ke kota lain, menikah dengan pria lain lalu meracunnya. Berkali-kali ia lempar arsenik sembunyi tangan. Tak seorangpun yang curiga atas kematian suaminya. Baru setelah korban yang keempat, seorang keluarga korban curiga. Setelah melalui penye lidikan rumit atas bantuan helai rambut dan ujung kuku, misteri kematian berantai itu bisa dipecahkan.
Gejala keracunan arsenik
Ada berbagai gejala saat seseorang mengalami keracunan arsenik. Keracunan dimulai dengan sakit kepala yang jika tidak ditangani dapat mengakibatkan kematian. L Gejala yang terkait perut
Seseorang yang terekspos arsenik akan mengalami sakit pe
rut yang hebat, terutama di daerah usus. Selain itu, diare
dan gangguan pencernaan mungkin terjadi, berpotensi menja
lar hingga menjadi kegagalan hati.
2. Muntah-muntah Muntah merupakan gejala lain dari keracunan arsenik. Muntah an umumnya berwarna kehijauan atau kekuningan, bahkan mungkin mengandung bercak darah.
3. Masalah tenggorokan Keracunan arsenik akan menyebabkan tenggorokan terasa kering dan sesak. Kondisi ini akan menyebabkan korban sulit bicara atau suara menjadi serak.
4. Organ kemih Ini adalah daerah yang paling terpengaruh. Nyeri hebat atau rasa terbakar pada organ kemih umum terjadi. Selain itu, kesulitan dalam buang air besar merupakan gejala lain keracunan arsenik. Abrasi pada anus juga merupakan tanda keracunan arsenik.
5. Gejala lain
Sebagai akibat keracunan arsenik, air liur diproduksi melebihi normal. Gejala lain meliputi kram otot, kejang, mengantuk, berkeringat, kebiruan pada tungkai, mata merah, gagal ginjal, dan dehidrasi.
Mengatasi Keracunan Arsenik
Cara mengatasi keracunan arsenik berbeda antara keracunan akut dan kronik. Untuk keracunan akut yang belum berlangsung 4 jam, korban diberi ipekak untuk membuatnya muntah. Dapat juga dilakukan bilas lambung bilamana tidak dapat minum. Pemberian katartik atau karbo aktif dapat bermanfaat. Sedangkan untuk keracunan yang sudah berlangsung lebih lama daripada itu (termasuk juga keracunan kronis), sebaiknya diberi antidotum penawar, yaitu suntikan intramuskuler dimerkaprol 3-5 mg/kgBB 4-6 kali sehari selama 2 hari.
Pengobatan dilanjutkan 2-3 kali sehari selama 8 hari.