Formalin kerap digunakan sebagai pengawet produk-produk pangan maupun nonpangan karena sifatnya yang mampu membunuh kuman. Namun jika penggunaannya melewati ambang batas, formalin dapat membahayakan kesehatan tubuh. Banyak cara digunakan produsen makanan serta produk nonpangan untuk mengawetkan hasil produksi mereka. Salah satunya adalah menggunakan senyawa formalin atau formaldehida. Sebenarnya formalin sebagai bahan pengawet telah lama digunakan. Karena hal itu berdampak buruk pada kesehatan, pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan No 1168/1999 memasukkan formalin dalam 10 bahan tambahan yang dilarang.
Ironisnya, di lapangan peraturan tersebut belum berjalan efektif. Buktinya, hingga saat ini penggunaan formalin sebagai bahan pengawet berbagai produk masih marak. Masih banyak orang yang menggunakan formalin sebagai bahan pengawet karena produk yang dihasilkan memiliki daya tahan lebih lama dan memiliki tampilan yang lebih menarik.
Setelah marak tahu dan ikan berformalin, akhir-akhir ini ditemu kan kasus penggunaan formalin pada daging. Daging berforma lin beredar di pasar-pasar. Secara umum formalin banyak ditemu kan pada daging ayam dan jerohan sapi.
Apa sebenarnya formalin itu?
Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid (HCHO dan CH,OH) dalam air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan dengan kadar 40, 30, 20 dan 10 persen dam dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Larutan formalin ini tidak berwarna tetapi baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% agar sifatnya sebagai pengawet semakin kuat.
Salah satu jenis formaldehid cair (formalin) yang dijual di pasaran sebagai desinfek tan dan keperluan industri. Simbol bahaya selalu tertera dalam leaflet yang menan dakan bahwa senyawa ini termasuk golongan berba haya (studiousindia.com).
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsen trasi 10-40% dari formal dehid. Bahan ini biasa di gunakan sebagai antiseptik, germisida, dan pengawet. Formalin mempunyai banyak nama kimia, di antaranya adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Mor bicid, Oxomethane, Polyoxy methyleneglycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan Methyleneglycol. Di pasaran forma lin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan dengan kandungan formaldehid 10-40 persen.
Dalam industri, formaldehida dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina, formaldehid menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayu lapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida dihabiskan untuk produksi resin formaldehida.
yang yang Untuk mensintesis bahan kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehiday lain adalah metilenadifenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena tetramina dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida serta bahan baku pabrik resin plastik dan bahan peledak.
Besarnya manfaat di bidang industri ini ternyata disalahgunakan sebagai pengawet industri makanan. Biasanya hal ini ditemukan dalam industri rumahan karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat. Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan asin dan beberapa makanan lain. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna tetapi baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Sebagai bahan pengawet biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen. Bila tidak diberi bahan pengawet, makanan seperti tahu atau mi basah seringkali tidak bisa tahan lebih dari 12 jam.
Efek samping formalin
Formalin mengandung unsur aldehida yang mudah bereaksi dengan protein. Hal yang paling membahayakan jika formalin berdosis tinggi masuk ke tubuh ialah bisa menimbulkan kanker. Formalin dapat pula menimbulkan kerusakan pada organ organ tubuh lain. Dalam jangka pendek, misalnya, jika hidung menghirup formalin, efeknya akan terjadi iritasi dan rasa terbakar pada organ penciuman serta tenggorokan. Selain itu, formalin Hapat menimbulkan gangguan pernapasan serta batuk-batuk.
Organ lain yang juga sensitif jika terkena formalin ialah kulit. Kulit kan mengalami berubah menjadi merah, mengeras, mati rasa, dan rasa terbakar apabila terkena formalin. Begitu pula halnya dengan mata. Jika terkena formalin indera penglihatan itu bisa iritasi, merah, sakit, gatal-gatal, kabur, dan keluar air mata.
Dampak formalin pada kesehatan manusia
Dampak Formalin terhadap kesehatan dapat digolongkan menjadi dampak akut dan dampak kronis:
1. Akut: Efek pada kesehatan manusia langsung terlihat, se perti iritasi alergi kemerahan, mata berair, mual, muntah rasa terbakar, sakit perut dan pusing.
2. Kronis: Efek pada kesehatan manusia terlihat setelah ter kena dalam jangka waktu lama dan berulang: iritasi parah mata berair, gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Mengonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.
Bahaya lain yang timbul akibat formalin ialah jika tertelan. Mulut, tenggorokan, dan perut akan terasa seperti terbakar, sakit saat menelan, mual, muntah, diare, mungkin terjadi perdarahan, dan sakit perut yang hebat. Bahkan dalam taraf yang lebih parah, formalin bisa menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, ginjal, serta sistem susunan saraf pusat.
jangka kanker Tidak hanya jangka pendek, penggunaan formalin dalam j panjang juga dapat membahayakan. Apabila terhirup, zat itu dapat menyebabkan kemandulan pada perempuan, hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru-paru, dan otak. Dalam jangka panjang, kehadiran formalin akan mengganggu sistem kerja hati, kerusakan saraf, ginjal, paru-paru, dan organ reproduksi. pada
Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh formaldehida dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan napas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematian. Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut. manusia,
Formalin dapat merusak syaraf manusia. Formalin dikenal sebagai zat yang bersifat racun untuk persyarafan tubuh (neurotoksik). Gangguan persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas.
Penanganan bila terpapar formalin
Bila terhirup atau terkontak langsung dengan formalin, tindakan yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker berkatup atau peralatan
sejenis untuk melakukan pernapasan buatan. Bila terkena kulit, lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cudi kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan pastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yang kering, steril dan longgar. Bila mata, cuci dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan, segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan, segera hubungi dokter atau bawa ke rumah sakit. Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya hal ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka pendek, akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan. Dalam jangka waktu tertentu, gangguan dan gejala baru akan timbul.
Tindakan preventif
Isu formalin yang terdapat dalam bahan makanan dan alat makan sehari-hari ini harus diwaspadai. Meski begitu sebaiknya tidak disikapi secara berlebihan. Bukan berarti kita harus sama sekali tidak makan tahu, bakso, mi basah atau ikan asin. Atau kita tidak harus menghindari bahan plastik atau melamin untuk alat makan kita karena tidak semua bahan makanan atau alat makan mengandung formalin. Yang penting konsumen harus jeli dengan memperhatikan kualitas makanan dan alat makan yang dibeli atau dipakai.
Untuk alat makan yang berasal dari plastik atau melamin, kalau mudah sekali pudar atau kusam, berarti bahannya banyak yang terkikis, maka produk seperti ini perlu dihindari. Jika tidak yakin akan kualitas produk melamin yang Anda punya, sebaiknya jangan gunakan peranti makan tersebut untuk makanan serta minuman panas. Untuk makanan dingin, biasanya tidak berbahaya. Formalin yang sudah membentuk polimer dalam keadaan dingin sulit untuk terurai.
Dalam mengonsumsi bahan makanan kita harus mencermati makanan yang mengandung formalin. Kalau tahu tahan sam pai berhari-hari, kenyal dan padat, sangat mungkin mengandung formalin. Sebetulnya, makanan yang mengandung formalin me miliki bau yang khas sehingga bisa dideteksi oleh orang awam sekalipun. Pendeteksian dini formalin bisa dilakukan dengan menggunakan testkit formalin yang kini sudah banyak dijual.
Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan, khususnya bagi pekerja industri yang memakai formalin. Agar tidak terhirup, gunakan alat pelindung pernafasan seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kaca mata pengaman yang tahan terhadap percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi keadaan darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan. Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama adalah dengan tidak menggunakannya pada makanan karena masih ada pengawe makanan yang aman. Depkes atau Badan POM beserta instansi terkait harus mengawasi secara ketat dan terus-menerus dalan masalah ini.