Bahaya Bahan Kimia Sianida

Sianida akhir-akhir menjadi salah satu senyawa paling ngetrend Indonesia. Bagaimana tidak, kasus kopi bersianida yang membunuh Mirna Jakarta membuat heboh masyarakat. Banyak orang bertanya-tanya apakah sianida sehingga bisa membunuh orang dalam beberapa saja. Sianida sudah lama dikenal sebagai senyawa beracun yang sering dipakai sebagai agen untuk bunuh seperti yang terjadi dalam bunuh diri massal pengikut Hitler Nazi pasca kekalahan Jerman pada Perang Dunia Kedua. 


Apa itu sianida?

Sianida (CN-) merupakan kelompok senyawa yang tersusun oleh atom karbon dan nitrogen (N). Kelompok senyawa ditemukan dalam bentuk gas Hidrogen sianida (HCN), maupun dalam bentuk garam, yakni potasium/kalium sianida (KCN) atau sodium/natrium sianida (NaCN).

Hidrogen sianida merupakan gas yang tidak berwarna, atau dalam temperatur tertentu berwarna biru pucat. Sedangkan dalam bentuk garam, racun ini mempunyai wujud sebagai kristal putih yang larut air. Racun sianida juga bisa dikenali dari baunya yang khas, yakni bau almond. Oleh karena itu, sianida sering disebut mempunyai rasa bitter almond atau almond yang pahit. 

Di dalam tubuh, racun sianida menghambat kerja enzim cytochrome-x oxidase. Enzim ini berada dalam mitokondria, berfungsi mengikat oksigen untuk memenuhi kebutuhan pernapasan sel-sel tubuh. Jika enzim tersebut tidak bekerja karena dihambat racun sianida, sel-sel tubuh akan mengalami kematian.

Buah kepayang (keluwak) dan singkong karet secara alami menghasilkan senyawa Glikosida Sianida (Cyanide Glycoside) yang bila terpapar dalam tubuh dengan dosis tinggi akan membawa efek toksik pada tubuh yang dapat berujung pada kematian.

Sianida telah digunakan sejak ribuan tahun lalu. Sianida juga banyak digunakan pada saat Perang Dunia Pertama dan Kedua. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam beberapa menit.

Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang. Sianida umum terdapat pada ketela pohon dan kacang kara. 

Sianida juga sering dijumpai pada daun salam, cherry, ubi, dan keluarga kacang-kacangan lain seperti kacang almond. Selain dari makanan, sianida juga dapat berasal dari rokok, bahan kimia yang digunakan pada proses pertambangan dan sumber lain seperti sisa pembakaran produk sintetis yang mengandung karbon dan nitrogen, misalnya plastik

Asam Sianida juga ada pada buah kepayang. Buah ke payang, kluwek, keluwek, ke luak, atau kluak (Pangiumedule Reinw) berasal dari pohon yang tumbuh liar atau setengah liar di banyak daerah di Indonesia. Biji keluwek dipakai sebagai bumbu dapur masakan Indo nesia. Biji buah ini memberi warna hitam pada rawon, daging bumbu luwek, brongkos, serta sup konro. Bijinya memiliki salut biji yang bisa dimakan, bila mentah sangat beracun karena me ngandung asam sianida dengan konsentrasi tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu akan menyebabkan pusing (mabuk). Ra cun pada biji ini dapat dipakai pada mata panah. Biji ini aman diolah untuk makanan bila telah direbus dan direndam. Hal yang sama juga berlaku untuk singkong karet. Kandungan glikosida sianida dalam buah dan daun pohon singkong karet menimbul kan efek beracun bila dikonsumsi.

Pada darah perokok pasif dapat ditemukan sianida sekitar 0.06 ug/ml, sementara pada perokok aktif ditemukan sekitar 0.17 ug/ml sianida dalam darahnya. Sianida banyak digunakan pada industri, terutama dalam pembuatan garam seperti natrium, kalium atau kalsium sianida.

Gejala yang timbul akibat keracunan sianida

Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida bermacam macam; mulai dari rasa nyeri pada kepala, mual, muntah, se sak napas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar. Apabila tidak ditangani dengan baik maka dapat mengakibatkan kematian. Pertolongan dan penanganan korban keracunan ini harus cepat dilakukan karena tindakan medis yang diberikan juga tergantung pada lamanya kontak dengan zat tok sik tersebut.

Jika sianida yang masuk dalam tubuh jumlahnya sedikit kecil maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan melalui urin. Selain itu sianida akan berikatan dengan vitamin B, Tetapi bila jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B

Masuknya sianida ke dalam tubuh tidak hanya melewati saluran pencernaan tetapi dapat juga melalui saluran pernapasan, kulit dan mata. Gejala keracunan dapat timbul dalam hitungan detik sampai menit. Jika gas hidrogen sianida terhirup sebanyak 50 ml (pada 1.85 mmol/L) maka akan dapat berakibat fatal dalam waktu yang singkat.

Dalam peristiwa pembunuhan, racun sianida biasanya dioleskan pada pinggir gelas, dalam air minum, botol minum atau disuntikkan ke dalam es batu. Yang perlu dicermati, kontaminasi sianida tidak hanya terjadi saat zat tersebut masuk lewat mulut. Kebanyakan kasus keracunan malah terjadi saat gas atau butiran serbuknya terhirup lewat udara. Serbuk sianida ini juga berbahaya jika menempel pada kulit karena segera larut oleh keringat dan kemudian terserap masuk ke dalam tubuh melalui kulit.

Tingkat toksisitas sianida bermacam macam. Dosis letal/mematikan sianida adalah. 
1. sam hidrosianik sekitar 2,500-5,000 mg-min/m3
2. Sianogen klorida sekitar 1,000 mg-min/m3.
3 Perkiraan dosis intravena 10 mg/kg.
4.Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit 100 mg/

Akibat yang timbul dari racun sianida tergantung jumlah paparan dan cara masuk ke tubuh, lewat pernapasan atau pencernaan. Racun ini menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak. Paparan dalam jumlah kecil mengakibatkan napas cepat, gelisah, pusing, lemah, sakit kepala, mual dan muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam jumlah besar menyebabkan kejang, tekanan darah rendah, detak jantung melambat, kehilangan kesadaran, gangguan paru serta gagal napas hingga korban meninggal.

Gejala yang paling cepat muncul setelah keracunan sianida adalah iritasi pada lidah dan membran mukus serta suara desir darah yang tidak teratur. Gejala yang timbul akibat sianida bermacam-macam, mulai dari rasa nyeri kepala, mual-muntah, sesak napas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak sadar. Apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Gejala dan tanda awal yang terjadi setelah menghirup HCN atau menelan garam sianida adalah kecemasan, sakit kepala, mual, bingung, vertigo, sianosis (kebiruan), hipotensi (tekanan darah rendah. Tanda terakhir dari toksisitas sianida meliputi hipotensi, aritmia kompleks (gangguan irama jantung), gagal jantung, dan kematian. Tanda orang mengalami keracunan sianida dapat kita ketahui dengan mencium aromanya yang seperti almond pahit. Namun tidak semua manusia bisa mengetahui aroma dari racun ini. Kemungkinan hanya 20% manusia yang dapat menge tahui aromanya.

Pertolongan pertama untuk keracunan sianida

Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Bila makanan diperki rakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam setelah terpapar) dilakukan pencucian lambung atau membuat penderita muntah. Diberikan natrium tiosulfat 30% (sebagai anti dotum atau penawar racun) sebanyak 10-30 ml secara intravena per lahan. Bila sukar menemukan pembuluh darah vena maka dapat dilakukan venoklisis atau pemberian dilakukan secara intramusku lar. Sebelum pemberian natrium tiosulfat (selama mempersiapkan obat tersebut), pada penderita dapat diberikan amilnitrit secara inhalasi. Cara pemberian natrium tiosulfat ialah mula-mula de ngan menyuntikkan obat tersebut sebanyak 10 ml intravena, ke mudian penderita dicubit untuk mengetahui apakah kesadaran nya sudah pulih. Bila penderita belum sadar dapat diberikan lagi 10 ml natrium tiosulfat. Bila timbul sianosis atau tanda kebiruan pada kulit maka dapat diberikan oksigen untuk memulihkannya.



Share:

Manfaat dan Bahaya Boraks

Apa sebenarnya asam borat itu? Asam borat (H3B03) merupakan senyawa borat yang dikenal juga dengan nama boraks. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama bleng, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama pijer. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengon trol kecoa (insektisida).

Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur. Tujuan penambahan boraks pada proses pengolahan makanan adalah untuk meningkatkan kekenyalan, kerenyahan, serta memberikan rasa gurih dan kepadatan, terutama pada makanan yang mengandung pati.

Asam boraks berbentuk serbuk kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis. Namun saat ini borat banyak dimanfaatkan untuk tambahan makanan; pada lontong agar teksturnya menjadi bagus, pada bakso di mana biasanya berkisar 0,1-0,5% dari berat adonan bakso atau antara 1000-5000 ppm, krupuk, pempek, pisang molen, pangsit, tahu, dan bakmi.

Boraks biasa digunakan dalam industri gelas, pelikan porselin, alat pembersih, dan antiseptik. Kegunaan boraks sebenarnya ialah sebagai zat antiseptik, obat pencuci mata (barieacid 30%), salep (boorsalp) untuk menyembuhkan penyakit kulit, salep untuk mengobati bibir (borak gliserin), dan pembasmi semut (barieacid boraks).

Efek samping terhadap kesehatan

Efek farmakologi dan toksisitas senyawa boron atau asam borat merupakan bakterisida lemah. Larutan jenuhnya tidak membunuh Staphylococcus aureus. Oleh karena toksisitas lemah maka dapat digunakan sebagai bahan pengawet pangan. Walaupun demikian, pemakaian berulang atau absorpsi berlebihan dapat mengakibatkan toksik (keracunan). Gejala dapat berupa mual, muntah, diare, suhu tubuh menurun, lemah, sakit kepala, rashery thematous, anoreksia, berat badan menurun, ruam kulit, anemia, dan konvulsi, bahkan bisa menimbulkan shock. Dan bila dikonsumsi terus-menerus bisa menyebabkan gangguan pada gerak pencernaan usus, kelainan pada susunan saraf, depresi, dan kekacauan mental. Dalam jumlah serta dosis tertentu borak bisa menyebabkan degradasi mental, serta rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati, dan kulit karena boraks cepat terabsorpsi oleh saluran pernapasan dan pencernaan, kulit luka, atau membran mukosa. Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada anak-anak dalam dosis 5-6 gram.

Pemakaian boraks untuk campuran bahan makanan merupakan tindak an yang melanggar undang-un dang perlindungan konsumen. Jadi para produsen makanan sebaiknya lebih bijak dalam memilih bahan olahan makanan yang akan dijual, agar hal tersbut tidak menimbulkan kerugian di kedua belah pihak, baik konsumen maupun produsen. Un tuk para konsumen, sebaiknya lebih teliti dalam memilih ja janan yang dibeli. mang sekilas terlihat sama. Untuk itu ketel. tian harus diutamakan Tahu, bakso dan mi basah adalah 3 jenis makanan yang sering dicampur dengan bo raks agar teksturnya menjadi lebih kenyal dan lebih awet.

Bahan pengganti boraks yang aman

Karena penggunaan boraks adalah sebagai pengenyal, bahan pengganti dapat dicari untuk fungsi yang sama. Air merang dan STPP (Sodium Tripolyphosphate) dengan konsentrasi sama diketahui tidak memengaruhi tanggapan organoleptik (kesan fisik dan rasa) dari kerupuk beras.

Melihat dampak mengonsumsi makanan yang mengandung bleng atau boraks yang begitu mengerikan, perlu diupayakan bahan pengganti yang aman. Penelitian ini telah saya lakukan bersama mahasiswa pada kerupuk puli dan bakso. Hasilnya, peran bleng atau boraks dapat diganti dengan STPP (Sodium Tripolyphosphate).

Sodium tripolyphosphate merupakan senyawa polifosfat dari natrium dengan rumus Na,P,O, STPP berbentuk bubuk atau granula, berwarna putih dan tidak berbau. Kelarutan STPP dalam air sebesar 14,5 gr per 100 ml pada suhu 250 C, nilai pH sebesar 9,8 pada suhu 20° C. Senyawa fosfat (STPP) banyak digunakan dalam industri pangan karena memiliki beberapa sifat kimia dan fungsi yang menguntungkan.

STPP mampu menambah cita rasa, memperbaiki tekstur, mencegah terjadinya rancidity (ketengikan), dan meningkatkan kualitas produk akhir dengan mengikat zat nutrisi yang terlarut dalam larutan garam seperti protein, vitamin dan mineral (Shand, et al., 1993). Hal ini sesuai dengan pernyataan Thomas (1997) bahwa STPP dapat menyerap, mengikat dan menahan air, meningkatkan water holding capacity (WHC), dan keempukan. Menurut FDA (Food and Drug Administration), penggunaan alkali fosfat adalah 0,5% pada produk. Penggunaan melebihi dosis 0,5% akan menurunkan penampilan produk, yaitu terlalu kenyal seperti karet dan terasa pahit.

Teliti memilih makanan adalah suatu tindakan preventif yang tepat

Tak bisa dihindari, banyak produsen makanan yang dengan sengaja menambahkan boraks dengan berbagai tujuan. Kebanyakan untuk mengempukkan bahan makanan. Ada beberapa jenis makanan yang biasanya ditambah boraks, di antaranya:

1. Mi basah 
Ciri-ciri mi basah yang menggunakan campuran bo raks adalah tidak lengket, tekstur kenyal, dan tidak mudah putus. Untuk itu hati-hati bahaya mi instan cukup mematikan.

2. Bakso. 
Jika kita menemukan bakso dengan tekstur yang ke nyal, warnanya tidak sesuai dengan warna asli daging tetapi cenderung cerah keputih-putihan, itu menandakan bahwa makanan tersebut menggunakan boraks sebagai bahan peng awet.

3. Ikan dan ayam potong. 
Ikan yang sudah diawetkan dengan boraks biasanya berwarna putih, insang berwarna merah tua, tidak mudah busuk

4. Tahu 
Tahu yang memakai bahan pengawet boraks biasanya akan tahan lama jika disimpan dalam lemari es, sekitar 3 hingga 15 hari serta tidak mudah hancur. Tidak heran beberapa tahu yang digoreng menjadi lebih mematikan, padahal bahaya gorengan tahu sendiri sudah cukup banyak, bagaimana jika ditambah boraks? MATI

5. Kerupuk. 
Ciri-ciri jika makanan ini mengandung boraks adalah teksturnya renyah dan rasanya getir. 

6. Lontong. 
Ciri-ciri lontong berboraks adalah teksturnya kenyal, rasa getir, tajam.


Share:

Manfaat Dan Bahaya Formalin

Formalin kerap digunakan sebagai pengawet produk-produk pangan maupun nonpangan karena sifatnya yang mampu membunuh kuman. Namun jika penggunaannya melewati ambang batas, formalin dapat membahayakan kesehatan tubuh. Banyak cara digunakan produsen makanan serta produk nonpangan untuk mengawetkan hasil produksi mereka. Salah satunya adalah menggunakan senyawa formalin atau formaldehida. Sebenarnya formalin sebagai bahan pengawet telah lama digunakan. Karena hal itu berdampak buruk pada kesehatan, pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan No 1168/1999 memasukkan formalin dalam 10 bahan tambahan yang dilarang.

Ironisnya, di lapangan peraturan tersebut belum berjalan efektif. Buktinya, hingga saat ini penggunaan formalin sebagai bahan pengawet berbagai produk masih marak. Masih banyak orang yang menggunakan formalin sebagai bahan pengawet karena produk yang dihasilkan memiliki daya tahan lebih lama dan memiliki tampilan yang lebih menarik.

Setelah marak tahu dan ikan berformalin, akhir-akhir ini ditemu kan kasus penggunaan formalin pada daging. Daging berforma lin beredar di pasar-pasar. Secara umum formalin banyak ditemu kan pada daging ayam dan jerohan sapi.

Apa sebenarnya formalin itu?

Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid (HCHO dan CH,OH) dalam air dengan kadar 30-40 persen. Di pasaran, formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan dengan kadar 40, 30, 20 dan 10 persen dam dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Larutan formalin ini tidak berwarna tetapi baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% agar sifatnya sebagai pengawet semakin kuat.

Salah satu jenis formaldehid cair (formalin) yang dijual di pasaran sebagai desinfek tan dan keperluan industri. Simbol bahaya selalu tertera dalam leaflet yang menan dakan bahwa senyawa ini termasuk golongan berba haya (studiousindia.com).

Formalin merupakan larutan komersial dengan konsen trasi 10-40% dari formal dehid. Bahan ini biasa di gunakan sebagai antiseptik, germisida, dan pengawet. Formalin mempunyai banyak nama kimia, di antaranya adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Mor bicid, Oxomethane, Polyoxy methyleneglycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan Methyleneglycol. Di pasaran forma lin bisa ditemukan dalam bentuk yang sudah diencerkan dengan kandungan formaldehid 10-40 persen.

Dalam industri, formaldehida dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina, formaldehid menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayu lapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida dihabiskan untuk produksi resin formaldehida.

yang yang Untuk mensintesis bahan kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehiday lain adalah metilenadifenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena tetramina dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida serta bahan baku pabrik resin plastik dan bahan peledak.

Besarnya manfaat di bidang industri ini ternyata disalahgunakan sebagai pengawet industri makanan. Biasanya hal ini ditemukan dalam industri rumahan karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat. Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan asin dan beberapa makanan lain. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna tetapi baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Sebagai bahan pengawet biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen. Bila tidak diberi bahan pengawet, makanan seperti tahu atau mi basah seringkali tidak bisa tahan lebih dari 12 jam.

Efek samping formalin

Formalin mengandung unsur aldehida yang mudah bereaksi dengan protein. Hal yang paling membahayakan jika formalin berdosis tinggi masuk ke tubuh ialah bisa menimbulkan kanker. Formalin dapat pula menimbulkan kerusakan pada organ organ tubuh lain. Dalam jangka pendek, misalnya, jika hidung menghirup formalin, efeknya akan terjadi iritasi dan rasa terbakar pada organ penciuman serta tenggorokan. Selain itu, formalin Hapat menimbulkan gangguan pernapasan serta batuk-batuk.

Organ lain yang juga sensitif jika terkena formalin ialah kulit. Kulit kan mengalami berubah menjadi merah, mengeras, mati rasa, dan rasa terbakar apabila terkena formalin. Begitu pula halnya dengan mata. Jika terkena formalin indera penglihatan itu bisa iritasi, merah, sakit, gatal-gatal, kabur, dan keluar air mata.

Dampak formalin pada kesehatan manusia

Dampak Formalin terhadap kesehatan dapat digolongkan menjadi dampak akut dan dampak kronis:

1. Akut: Efek pada kesehatan manusia langsung terlihat, se perti iritasi alergi kemerahan, mata berair, mual, muntah rasa terbakar, sakit perut dan pusing.

2. Kronis: Efek pada kesehatan manusia terlihat setelah ter kena dalam jangka waktu lama dan berulang: iritasi parah mata berair, gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Mengonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.

Bahaya lain yang timbul akibat formalin ialah jika tertelan. Mulut, tenggorokan, dan perut akan terasa seperti terbakar, sakit saat menelan, mual, muntah, diare, mungkin terjadi perdarahan, dan sakit perut yang hebat. Bahkan dalam taraf yang lebih parah, formalin bisa menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, ginjal, serta sistem susunan saraf pusat.

jangka kanker Tidak hanya jangka pendek, penggunaan formalin dalam j panjang juga dapat membahayakan. Apabila terhirup, zat itu dapat menyebabkan kemandulan pada perempuan, hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru-paru, dan otak. Dalam jangka panjang, kehadiran formalin akan mengganggu sistem kerja hati, kerusakan saraf, ginjal, paru-paru, dan organ reproduksi. pada

Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh formaldehida dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan napas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematian. Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut. manusia,

Formalin dapat merusak syaraf manusia. Formalin dikenal sebagai zat yang bersifat racun untuk persyarafan tubuh (neurotoksik). Gangguan persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi dan infertilitas.

Penanganan bila terpapar formalin

Bila terhirup atau terkontak langsung dengan formalin, tindakan yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker berkatup atau peralatan

sejenis untuk melakukan pernapasan buatan. Bila terkena kulit, lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cudi kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan pastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yang kering, steril dan longgar. Bila mata, cuci dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan, segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan, segera hubungi dokter atau bawa ke rumah sakit. Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya hal ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka pendek, akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan. Dalam jangka waktu tertentu, gangguan dan gejala baru akan timbul.

Tindakan preventif

Isu formalin yang terdapat dalam bahan makanan dan alat makan sehari-hari ini harus diwaspadai. Meski begitu sebaiknya tidak disikapi secara berlebihan. Bukan berarti kita harus sama sekali tidak makan tahu, bakso, mi basah atau ikan asin. Atau kita tidak harus menghindari bahan plastik atau melamin untuk alat makan kita karena tidak semua bahan makanan atau alat makan mengandung formalin. Yang penting konsumen harus jeli dengan memperhatikan kualitas makanan dan alat makan yang dibeli atau dipakai.

Untuk alat makan yang berasal dari plastik atau melamin, kalau mudah sekali pudar atau kusam, berarti bahannya banyak yang terkikis, maka produk seperti ini perlu dihindari. Jika tidak yakin akan kualitas produk melamin yang Anda punya, sebaiknya jangan gunakan peranti makan tersebut untuk makanan serta minuman panas. Untuk makanan dingin, biasanya tidak berbahaya. Formalin yang sudah membentuk polimer dalam keadaan dingin sulit untuk terurai.

Dalam mengonsumsi bahan makanan kita harus mencermati makanan yang mengandung formalin. Kalau tahu tahan sam pai berhari-hari, kenyal dan padat, sangat mungkin mengandung formalin. Sebetulnya, makanan yang mengandung formalin me miliki bau yang khas sehingga bisa dideteksi oleh orang awam sekalipun. Pendeteksian dini formalin bisa dilakukan dengan menggunakan testkit formalin yang kini sudah banyak dijual.

Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan, khususnya bagi pekerja industri yang memakai formalin. Agar tidak terhirup, gunakan alat pelindung pernafasan seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kaca mata pengaman yang tahan terhadap percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi keadaan darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan. Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama adalah dengan tidak menggunakannya pada makanan karena masih ada pengawe makanan yang aman. Depkes atau Badan POM beserta instansi terkait harus mengawasi secara ketat dan terus-menerus dalan masalah ini.


Share:

Popular Posts

Recent Posts